
Makalah
ini disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengantar Manajemen
Dosen Pengampu:
Hermanita,
SE. MM.

Disusun oleh
kelompok I:
Ana
Khumairoh
|
M.
Afifulloh
|
Angga
Defri Prasetya
|
Miftahul
jannah
|
Eko
Susanto
|
Putri
Eka Dwi Jiwani
|
Harti
Lisa Sahara
|
Qoiriah
Rahmadina
|
Lia
Nurjanah
|
Siti
Nurrohmah
|
PRODI EKONOMI ISLAM
JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2012
DAFTAR ISI
Halaman
Judul……………………………………………………………………i
Daftar
Isi………………………………………………………………………….ii
BAB 1
PENDAHULUAN……………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
A. Bagan Karya Tulis Ilmiah……...……………………………………..2
B.
Petunjuk Umum Penulisan
Karya Tulis Ilmiah……………………..3
C. Tata
Tulis Karya Ilmiah Secara Umum……………………………...8
BAB
III PENUTUP……………………………………………………………..13
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………..14
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah
suatu proses untuk merancang stuktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta
membagi tugas-tugas tau pekerjaan diantara para anggota organisasi, agar tujuan
organisasi dapat dicapai dengan efisien. Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan
dengan tiga langkah prosedur berikut ini:
1.
Pemerincian seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
2.
Pembagian beban
pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat dilaksanakan
oleh satu orang.
3.
Pengadaan dan
pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
Pelaksanaan
proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat
mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada stuktur organisasi, yang
mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu:
1.
Pembagian kerja
2.
Departementalisasi
(atau sering disebut departementasi)
3.
Bagan organisasi formal
4.
Rantai perintah dan
kesatuan perintah
5.
Tingkat-tingkat hirarki
manajemen
6.
Saluran komunikasi
7.
Penggunaan Komite
8.
Rentang Manajemen dan
kelompok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.[1]
Pengertian
pengorganisasian menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan adalah suatu proses
penentuan, pengelompokan, pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukn
untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktifitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas
tersebut.[2]
Proses
atau langkah-langkah pengorganisasian adalah:
1.
Manajer harus
mengetahui tujuan organisasi yang ingin dicapai
2.
Penentuan
kegiatan-kegiaan
3.
Pengelompokan
kegiatan-kegiatan
4.
Pendelegasian wewenang
5.
Rentang kendali
6.
Peranan perorangan
7.
Tipe organisasi
8.
Stuktur organisasi
Jika
proses pengorganisasian diatas dilakukan dengan baik dan berdasarkan ilmiah
maka organisasi yang disusun akan baik, efektif, efesien, dan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dalam mencapai tujuannya.[3]
B.
Pengertian Organisasi
Organisasi
adalah alat atau wadah tempat manajer melakukan kegiatan-kegiatannya untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.[4]
Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan
organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstuktur, dan
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadahnya.[5]
Menurut Gibson (1985) organisasi adalah
sebagai kesatuan yang memungkinkan masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak
dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.[6]
1.
Pentingnya organisasi dalam
kegiatan manajeman
a.
Organisasi adalah
syarat utama adanya manajeman, tanpa organisasi manajemen itu tidak ada.
b.
Organisasi merupakan
wadah dan alat pelaksanaan proses manajemen dalam mencapai tujuan.
c.
Organisasi tempat
kerjasama formal dari sekelompok orang dalam melakukan tugas-tugasnya.
d.
Mempunyai tujuan yang
ingin dicapai.[7]
2. Unsur-unsur organisasi
a.
Manusia
b.
Tempat kedudukan
c.
Tujuan
d.
Pekerjaan
e.
Struktur
f.
Teknologi
g.
Lingkungan[8]
h.
Modal[9]
3.
Hubungan-hubungan dalam organisasi
Penetapan
hubungan dalam suatu organisasi merupakan salah satu syarat terciptanya kerja
sama, antara karyawan dengan karyawan dan departemen dengan departemen.
Menurut
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan hubungan-hubungan dalam organisasi adalah:
a.
Hubungan vertikal
1)
Hubungan konkrit yaitu
hubungan individu atasan dengan individu bawahannya.
2)
Hubungan abstrak yaitu
hubungan pekerjaan yang satu dengan pekerjaan (bagian) lainnya yang
diintegrasikan.
Misalnya
pada perusahaan garmen, hubungan bagian tukang gunting dengan bagian tukang
jahit.
b.
Hubungan horizontal
1)
Hubungan konkrit yaitu
hubungan kerja antar karyawan dengan tingkatan yang sama, misalnya antara
bagian keuangan dengan bagian produksi.
2)
Hubungan abstrak yaitu
hubungan antara bagian yang sama yang perlu dikoordinasi, misalnya antara
bagian tukang gunting pakaian dewasa dan tukang gunting pakaian anak-anak.[10]
4.
Asas-asas organisasi
Untuk
terwujudnya suatu organisasi yang baik, efektif, efesien serta sesuai dengan
kebutuhan, secara selektif harus didasarkan pada asas-asas (prinsip-prinsip)
organisasi sebagai berikut:
a.
Asas tujuan organisasi
b.
Asas kesatuan tujuan
c.
Asas kesatuan perintah
d.
Asas rentang kendali
e.
Asas pendelegasian
wewenang
f.
Asas keseimbangan
wewenang dan tanggung jawab
g.
Asas tanggung jawab
h.
Asas pembagian kerja
i.
Asas penempatan
personalia
j.
Asas jenjang berantai
k.
Asas efisiensi
l.
Asas kesinambungan
m.
Asas koordinasi[11]
5.
Macam-macam organisasi
a.
Berdasarkan proses
pembentukannya
1)
Organisasi formal
Organisasi formal adalah organisasi
yang dibentuk secara sadar dan dengan tujuan-tujuan tertentu yang didasari
pula, yang diatur dengan ketentuan-ketentuan formal, dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangganya.
2)
Organisasi informal
Organisasi informal adalah organisasi
yang terbentuk tanpa disadari sepenuhnya, tujuannya juga tidak jelas, Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya tidak ada dan hubungannya terjalin secara
pribadi saja.[12]
b.
Berdasarkan kaitan hubungannya dengan pemerintah
1)
Organisasi resmi
Organisasi resmi adalah organisasi
yang dibentuk oleh pemerintah dan atau harus terdaftar pada Lembaga Negara.
Misalnya jawatan-jawatan, lembaga-lembaga pemerintah, yayasan-yayasan dan
perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum.
2)
Organisasi tidak resmi
Organisasi tidak resmi adalah
organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan atau tidak
terdaftar pada Lembaga Negara, seperti organisasi-organisasi swasta, misalnya
klub bola voli, organisasi pendaki gunung, dll.
c. Berdasarkan tujuannya
1)
Public
organization (organisasi sosial)
Public
organization (organisasi sosial) adalah
organisasi yang nonprofit, tujuan
utamanya untuk melayani kepentingan umum, tanpa perhitungan rugi-laba. Misalnya
pemerintah, yayasan-yayasan sosial, dll.
2)
Business
organization (organisasi perusahaan)
Business
organization (organisasi perusahaan) adalah
organisasi yang didirikan untuk tujuan komersial (mendapatkan laba) dan semua
tindakannya selalu bermotifkan laba. Misalnya Firma, CV, PT, dll.[13]
d. Berdasarkan tipe-tipe/bentuknya
1)
Organisasi garis/lini (Line organization)
Organisasi ini
merupakan bentuk organisasi paling tua. Pencetusnya adalah Henry Fayol
(1841-1925).[14]
Dalam organisasi ini pendelegasian wewenang dilakukan secara vertikal melalui
garis terpendek dari seorang atasan kepada bawahannya.
Ciri-ciri
organisasi lini:
a)
Organisasinya relatif
kecil dan masih sederhana.
b)
Hubungan atasan dan
bawahan bersifat langsung melalui garis wewenang terpendek.
c)
Puncak pimpinan
biasanya pemilik perusahaan dan merupakan satu-satunya sumber kekuasaan.
d)
Jumlah karyawannya
relatif sedikit[15]
Kebaikan:
a)
Pemimpin berada pada
satu tangan.
b)
Pengambilan keputusan
dapat dilakukan secepat mungkin.
c)
Rasa solidaritas
antarkawan umumnya tinggi
d)
Biaya organisasi
relatif rendah.[16]
Kelemahan:
a)
Terlalu tergantung pada
satu orang, sehingga apabila yang bersangkutan tidak mampu, maka kegiatan
perusahaan terganggu.
b)
Adanya kecenderungan
pemimpin bertindak otoriter.
c)
Karyawan sulit
mengembangkan karier.[17]
STUKTUR
ORGANISASI LINI[18]
![]() |
2) Organisasi
fungsional (functional organization)
Organisasi
ini dicetuskan oleh F.W. Taylor. Organisasi ini tidak mempunyai bawahan yang
tegas, karena setiap pemimpin member perintah atau komando kepada setiap
bawahan yang ada hubungannya dengan fungsi atasan tersebut.[19]
Ciri-ciri organisasi fungsional:
a) Pembagian
tugas tegas dan jelas.
b) Bawahan
akan menerima perintah dari beberapa orang atasan.
c) Penempatan
pejabat berdasarkan spesialisasinya.
d) Koordinasi
menyeluruh biasanya hanya diperlukan pada tingkat atas.
e) Terdapat
dua kelompok wewenang, yaitu wewenang lini dan wewenang fungsi.[20]
Kebaikan:
a) Pembagian
tugas yang jelas.
b) Spesialisasi
karyawan dapat dikembangkan dan didayagunakan semaksimal mungkin.
c) Digunakan
tenaga-tenaga ahli dalam berbagai bidang sesuai dengan fungsinya.[21]
Kelemahan:
a) Adanya
spesialisasi mengakibatkan sulitnya melakukan tour of duty.
b) Koordinasi
sulit dilaksanakan karena setiap tenaga ahli akan tetap mementingkan bidangnya
masing-masing.
c) Pekerja
dapat menjadi bingung karena menerima perintah dari banyak tenaga ahli yang
waktunya mungkin bersamaan.[22]
SRUKTUR ORGANISASI FUNGSIONAL
![]() |
3) Organisasi lini dan staf
Organisasi
lini dan staf dicetuskan oleh E. Merson. Bentuk organisasi ini biasanya dipakai
oleh organisasi yang besar, kompleks, daerah kerjanya luas, dan jumlah
karyawannya cukup banyak. Dalam organisasi jenis ini, yang dimaksud dengan staf
adalah orang yang ahli dalaam bidang tertentu, yang tugasnya memberikan nasihat
dan saran dalam bidangnya kepada pimpinan perusahaan.[23]
Organisasi ini pada dasarnya merupakan kombinasi dari organisasi lini dan
organisasi fungsional. Kombinasi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan
kebaikan-kebaikannya dan meniadakan keburukan-keburukannya.[24]
Ciri-cirinya:
a) Pemimpin
perusahaan hanya satu dan dibantu oleh staf
b) Setiap
manajer dibantu oleh staf.
c) Organisasinya
besar dengan jumlah karyawan banyak dan pekerjaannya bersifat kompleks.
d) Hubungan
antara atasan dan bawahan tidak bersifat langsung.
e) Pimpinan
dan para karyawan tidak semuanya saling mengenal.
f) Spesialisasi
yang beraneka ragam diperlukan dan digunakan secara optimal.[25]
Kebaikan:
a) Hanya
ada satu pimpinan atau komando (perintah) yang ditaati.
b) Prinsip
the right man in the right palace lebih
mudah dilaksakan.
c) Pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara mudah dan cepat.[26]
Keburukan:
a) Staf
dapat menyalahgunakan fungsinya, tidak memberikan saran, tetapi memberikan
perintah.
b) Karyawan
bisa jadi lebih percaya kepada staf dibandingkan kepada pimpinannya.[27]
STUKTUR ORGANISASI LINI DAN STAF
![]() |
4) Organisasi lini, staf dan fungsional
Oraganisasi ini merupakan kombinasi
dari oganisasi lini, lini dan staf, dan fungsional. Biasanya diterapkan pada
organisasi besar serta kompleks, pada tingkat dewan komisaris diterapkan tipe
organisasi lini dan staf, sedangkan pada middle
manager diterapkan tipe organisasi
fungsional. Organisasi ini dilakukan dengan cara menggabungkan kebaikan dan
menghilangkan keburukan dari ketiga tipe organisasi tersebut.[28]
STRUKTUR ORGANISASI LINI, STAF DAN
FUNGSIONAL
![]() |
[2] Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajeman Dasar, Pengertian, dan masalah. Jakarta:Bumi
Aksara. hal. 118
[28]Drs. H. Malayu S.P.
Hasibuan, op.cit, hal 158.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga,
Panjdi. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Hermanita.
Dasar-dasar Manajemen. Metro: STAIN
Jurai Siwo.
Handoko,
T. Hani. 1998. Manajemen, edisi 2. Yogyakarta:
BPFE.
Hasibuan,
Malayu S.P. 2007. Manajemen: Dasar, pengertian,
dan Masalah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tantri,
Francis. 2009. Pengantar Bisnis.
Jakarta: Rajawali Pers.
0 komentar:
Posting Komentar